Minggu, 10 April 2011

Geliat Bank Asing Memasuki Pasar Lokal

JAKARTA: Geliat Bank asing untuk memasuki pasar lokal khususnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dapat dielakkan. Selama ini bank-bank Asing lebih tertuju pada kredit korporasi, sindikasi, dan proyek.

Saat itu kecil dan menengahlah yang mampu bertahan terhadap rembesan krisis global dengan kurang bergairahnya pasar saat itu. Bermula dari runtuhnya lehman Brothers dan anak perusahaan yang juga berdampak secara tidak langsung pada gairah perekonomian .

UKM memang tidak terlepas dari kredit mikro yang selama ini disalurkan oleh perbankan. Bank milik pemerintah seperti BRI dan BPR memang sudah dari dulu bersegmen kepada kredit mikro untuk masyarakat kelas menengah kebawah. Dengan target pencapian yang sudah lebih dari 80%, bank lokal sudah mendapat kepercayaan tersendiri bagi masyarakat.

Namun, magnet sebagai negara dengan populasi yang dan UKM yang berkembnag di daerah dan perkotaan mampu menarik minat Bank asing untuk menyalurkan dananya di sektor ini. Perbankan swasta asing melihat adalah pasar yang baik. Apalagi kaya akan sumber daya alam. Sehingga negara ini juga dikenal sebagai trading, food, and baverage country.

Saat ini, jumlah pelaku bisnis sektor UKM sudah mencapai hampir 4 juta usaha. Sektor ini juga mempekerjakan lebih dari 8 juta tenaga kerja. Sektor UKM di dapat memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional 2009. Hal itulah yang menarik Development Bank of Singapore (DBS) untuk mulai menyalurkan dananya di sektor UKM.

DBS melirik pasar lokal dengan menyalurkan kredit sebesar Rp 4 triliun bagi usaha kecil dan menengah. Anak perusahaan DBS Group holding, salah satu institusi keuangan di Asia ini mulai melirik sector Usaha mikro Kecil Menengah (UMKM) karena memiliki ketahanan perekonomian yang kuat dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan berdasarkan data dari kementrian perdagangan.

Sektor-sektor UKM yang menjadi target adalah perdagangan, manufaktur, distribusi, automotif, farmasi, minyak dan gas alam, karet, kelapa sawit, pelayaran, , agribisnis, tekstil, kerajinan tangan dan kulit, dan termasuk kontraktor alat berat, sampai pada pengembang real estate.

DBS yang memiliki 40 kantor cabang dan cabang pembantu di 11 kota di ini merasa optimis untuk dapat melipatgandakan penyaluran kreditnya sebesar 8 triliun. Saat ditanyakan bagaimana strategi DBS dalam persaingan dengan Bank BRI yang mempunyai spesialisasi melayani usaha kecil. dengan porsi kredit untuk mereka mencapai 81,7% dan BPR yang sudah terlebih dahulu mengggunakan system penyaluran kredit dengan dana yang, Jayanta Kumar Roy, Head of SME banking DBS memberikan jawabannya.

“Memang penyaluran kredit Mikro DBS ini baru di , tetapi di Singapura kita sudah menerapkan ini sebelumnya dengan Sustainable Market-ing (SME). SME mempunyai pasar yang di Asia dan kita akan memberikan pelayanan yang berbeda dari setiap bidang kredit yang dibutuhkan,” ungkapnya, Kamis (16/12).

Jayanta juga memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana masyarakat kelas menengah kebawah di dengan mudah mendapatkan kucuran dana kredit UKM dari DBS. kita sudah mempunyai tenaga spesialis di bidang, setiap daerah tentunya memiliki kondisi geografis yang berbeda-beda. Hal itu juga menyebabkan karakteristik dari produk yang dihasilkan juga berbeda di setiap tempat, kami akan melakukan penyesuaian dengan mendatangi usaha kecil menengah, dan menanyakan apa yang mereka inginkan. Pelayanan kredit kami bersifat cepat, mudah, fleksibel, dan relationship oriented , lanjutnya.

Mengenai berapa bunga untuk kredit mikro ini, menurut Jayanta, tergantung dari demand atau permintaan di pasaran. “Apabila permintaan , tentu interest atau bunga menjadi kecil, tetapi apabila permintaan turun suplay akan naik kembali,” ungkapnya. (OL-3)

Source: media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar